Jumat, 23 September 2011

harga ban dan olie 2012

Shell Helix 15W/50 Rp 40.000

Shell Advance AX5  Rp 28.000
Castrol skuterRp 35.000
Motul 3100 0,8Rp 47.000
Motul 3100 1 LRp 57.000
Motul 5100Rp 92.000
Repsol 15W/50Rp 33.000
Repsol 20W/50Rp 26.000
Yamalube SilverRp 27.000
Yamalube GoldRp 30.000
Yamalube MaticRp 28.000
MPX 1Rp 29.000
MPX2Rp. 32.000
Pertamina Enduro   Rp 32.000
Federal Ultra Tek     Rp 24.000
Federal Supreme    Rp 28.000
Federal Flix Matik    Rp 28.000
TOP1 Matik Rp 30.000
TOP 1 0,8 L Rp 28.000

BAN 
Michelin 
M85
2,75-17 Rp 277.000
M85R
60/90-17 Rp 245.000
70/90-17  Rp 265.000
80/90-17Rp 292.000
M29S (Tubeless)
80/90-14Rp 252.000
80/80-14Rp 246.000
90/80-14Rp 270.000

CORSA
SS18
70/90-17  Rp 130.000
60/90-17  Rp 170.000
SS09T
70/90-17 Rp 127.000
80/90-17    Rp 167.000
SS09
2.5-18Rp 149.000
2.75-18   Rp 195.000
3.0-18Rp 227.000
70/90-17     Rp 167.000
80/90-17Rp 198.000
S01
70/90-14Rp 145.000
80/90-14 Rp 160.000
70/90-17Rp 168.000

SWALLOW

50/90-17Rp 94.000
60/80-17Rp 106.000
60/90-17Rp 106.000
80/90-17 Rp 155.000
90/80-17 Rp 208.000
90/90-17  Rp 208.000
60/90-14Rp 95.000
70/90-14Rp 105.000
80/90-17Rp 127.000
90/90-17 Rp 152.000
60/90-17 Tubeless      Rp 136.000
60/80-17 Tubeless      Rp 155.000
70/80-17 Tubeless      Rp 180.000
70/90-17 Tubeless      Rp 160.000

FDR

70/90-14 Rp 108.500
80/90-14Rp 127.500
90/90-14Rp 164.000
60/100-17Rp 104.500
70/90-17Rp 125.000
80/90-17Rp 165.000
90/80-17Rp 198.000
80/90-18Rp 192.000
90/90-18Rp 222.000
70/80-17Rp 138.000
80/80-17Rp 178.500
90/80-17Rp 231.00
100/80-17Rp 275.000

IRC
70/90-17Rp 131.000
80/90-17Rp 170.000
80/100-17Rp 148.000
90/90-17Rp 229.000
70/90-14 Tubeless Rp 196.000
80/90-14 TubelessRp 190.000
90/80-14 Tubeless  Rp 205.000
70/90-17 Tubeless Rp 185.000
80/90-17 Tubeless  Rp 233.000
90/80-17 Tubeless Rp 275.000
100/90-17 Tubeless Rp 260.000

Jumat, 16 September 2011

Kahlil Gibran - The Prophet - On Love

cinta yang agung (khalil gibran)

CINTA yang AGUNG
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu’

Apabila cinta tidak berhasil…BEBASKAN dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas LAGI ..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati
bersamanya…

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh

puisi cinta






CINTA YANG AGUNG

Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu..
Apabila cinta tidak berhasil
…Bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati..
kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh..

kehidupan tercipta dari sebuah mimpi?


Keep Dreaming Keep Action

September 19th, 2009
kata kata mutiara
kata kata mutiara
Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.
Sekarang ini banyak selogan yang dikeluarkan oleh banyak orang yang topiknya seolah membius kita: “Stop Dreaming Start Action“.  Saya mengatakan bahwa slogan itu sepenuhnya tidak benar.
Mengapa?  Coba kita bayangkan, segala sesuatu yang Anda jalani saat ini adalah tidak lepas dari ‘dream’ atau mimpi Anda entah beberapa tahun yang lalu kan?
Sejarah pesawat terbang yang menjadi angkutan favorit saat ini berawal dari sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.  Thomas Alfa Edison juga menemukan bolam lampu dari mimpi besar dia untuk menerangi dunia.
Jadi totally kita semua harus tetap memupuk mimpi-mimpi besar kita untuk membuat perubahan yang membantu terwujudnya dunia yang lebih maju dan bermanfaat bagi orang banyak.
Jadi dua cara untuk untuk menjalani kehidupan ini dan keduanya benar.
1. Dengan penuh keajaiban karena kita menyerahkan totally kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan
2. Dengan biasa-biasa saja, karena yaaa… memang beginilah kehidupan ini.
Dan semua orang jika ditanya, mereka justru akan memilih nomor 1, karena secara fitrah (suci) kita semua adalah ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu dekat denngan-Nya.
Jadi, mari kita jalani kehidupan ini dengan penuh ajaib, dengan selalu bersyukur setiap apa yang kita dapatkan.

dedicate untuk sahabatku ( zinur )


Cinta Akhir


Cinta sejati
Takkan mungkin lumpuh
Karna disana tiang
Kepercayaan berdiri teguh
Walau badai menghempas
Cinta takkan terhempas
Dia selalu berdiri
Membentang lautan api
Bila cinta mulai layu
Kuncup kesetiaan mulai timbul
Dengan harumnya tutur kata
Andai sang asa menyambut dengan penuh kasih
Kita sambut kasih dengan awal dan akhir

puisi dan syair


sayap sayap patah (kahlil gibran)


Wahai langit .... Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini .... Begitu rapuh dan mudah terluka .... Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh .... Saat berselimut cinta dan asa .... Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini .... Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya .... Menghimpun berjuta asa .... Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira .... Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa .... Menghimpit bayangan .... Menyesakkan dada .... Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa .... Wahai ilalang .... Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ? Mengapa kau hanya diam .... Katakan padaku .... Sebuah kata yang bisa meredam gejolak jiwa ini .... Sesuatu yang dibutuhkan raga ini .... Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali .... Desiran angin membuat berisik dirimu ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan .... 

dyeing zat warna direk


Zat warna direk merupakan senyawa azo yang mengandung gugusan
sulfonat sebagai gugusan pelarut.
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara
langsung.selain disebut sebagai zat warna substantive karena dapat terserap baik
oleh selulosa, zat warna direk juga sering disebut sebagai zat warna “ garam “ hal
itu dikarenakan dalam proses pencelupannya selalu harus ditambahkan garam
untuk mempercepat penyerapannya.
Kesimpulan : pada pokoknya penambahan elektrolit ( garam ) kedalam larutan
celup zat warna direk adalah untuk memperbesar jumlah zat warna yang terserap
oleh serat, meskipun zat warna akan mempunyai kepekaan yang berbeda. Semakin
besar / banyak garam yang ditambahkan maka warna yang dihasilkan dari proses
pencelupan dengan zat warna direk akan semakin tua.
Selulosa didalam larutan mempunyai muatan negative paPencelupan Kapas dengan Zat Warna Direk
Pencelupan adalah proses pemberian warna yang merata pada suatu bahan
dan keadaannya kurang lebih permanen, dan sebagai bahan pewarna digunakan zat
warna.
Mekanisme Pencelupan
Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna dari larutan ke dalam
serat terjadi secara bertahap :
1. Difusi zat warna dalam larutan
Didalam larutan zat warna direk berbentuk molekul tunggal dan
beragregat. Molekul-molekul ini dalam keadaan gerak dan tidak mempunyai
arah tertentu. Gerakan secara terarah akan terjadi jika ada gaya penggeraknya.
Gaya penggerak ini dapat disebabkan karena adanya gradien konsentrasi dalam
larutan atau perbedaan pontensial elektro statik dibagian-bagian tertentu di
dalam larutan. Gerakan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan konsentrasi
tersebut disebut difusi.
Difusi merupakan proses pemindahan dengan adanya proses difusi
maka akan terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian larutan yang
berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.
2. Adsorpsi zat warna ke permukaan serat
serat dalam larutan cenderung bermuatan negatif, demikian pula zat
warna direk dalam larutan juga bermuatan negatif. Dengan demikian akan
terjadi gaya tlak menolak antara zat warna dengan serat.
Agar zat warna dapat menempel pada permukaan serat, maka zat warna
harus dapat melampaui beberapa rintangan, yaitu :
a. Rintangan muatan adalah rintangan yang dialami oleh butir zat
warna direk untuk melekat pada permukaan serat karena adanya gaya tolak
menolak antara butir zat warna dengan serat.
b. Rintangan entropi adalah rintangan yang dialami oleh butir zat
warna direk untuk melekat pada permukaan serat karena pengarahan
molekul zat warna kurang. Posisi butir zat warna direk dipermukaan serat
harus sejajar dengan sumbu serat.

3. Difusi zat warna ke dalam serat
Adsorpsi zat warna pada permukaan serat menyebabkan konsentrasi
dipermukaan serat menjadi tinggi, sedangkan di dalam serat konsentrasi mulamula
adalah nol. Apabila butir-butir zat warna tersebut mempunyai energi
untuk masuk ke dalam serat maka akan terjadi proses pemindahan zat warna
dari permukaan serat ke dalam serat.
Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau agregat
kecil masuk ke dalam serat melalui daerah amorf. Dengan bantuan panas serta
mengembangnya kapas, maka butir-butir zat warna akan masuk lebih cepat dan
bermigrasi ke bagian kristalin lewat antar molekul selulosa.
4. Ikatan zat warna dengan serat
Setelah berada dalam serat, kemudian zat warna tersebut mengadakan
ikatan hidrogen dengan serat. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus-gugus yang
bertindak sebagai pembri elektron atau gugus-gugus yang mengandung
hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen dalam zat warna dengan
gugus-gugus hidroksil didalam serat.
Ikatan hidrogen antara serat dengan zat warna terjadi dalam dua bentuk,
yaitu :
a. Bentuk ikatan anatara gugus hidroksil serat dengan gugus pemberi
elektron dalam zat warna. Dalam hal ini gugus hidroksil serat akan
bertindak sebagai pemberi hidrogen.
b. Bentuk ikatan antara gugus hidroksil serat dengan gugus yang
mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen yang
terdapat pada warna. Dalam hal ini unsur oksigen dari gugus hidroksil serat
akan bertindak sebagai pemberi elektron dan gugus zat warna sebagai
pemberi hidrogen.da permukaannya, tidak
akan bias trcelup dengan zat warna direk yang juga bermuatan negative. Akan
tetapi, dengan penambahan elektrolit, maka dapat mengurangi / menghilangkan
muatan negative dalam larutan tersebut. Sehingga pada jarak yang cukup dekat,
molekul – molekul zat warna akan tertarik karena gaya – gaya van derwalls /
ikatan hydrogen yang telah dapat bekerja dengan baik.


dyeing dan padding polyester


II.1 PENCELUPAN KONTINYU Proses pencelupan sistem thermosol merupakan proses pencelupan kontinyu, yakni proses dimana fiksasi zat warna didalam serat dilakukan dengan menggunakan panas. Berhubung proses ini proses kontinyu, maka bahan tekstil yang mau diproses harus mempunyai jumlah yang besar untuk satu item warna, sehingga akan ekonomis dalam biaya prosesnya. Pada dasarnya proses pencelupan methoda thermosol ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu :
1. Tahap padding larutan zat warna
 2. Tahap pengeringan
 3. Tahap fiksasi zat warna dalam serat dengan panas
4. Tahap proses pencucian

II.2 SEJARAH ZAT WARNA DISPERSI
 Zat warna dispersi pertama-tama dibuat pada tahun 1923 oleh Baddlley dan Shephardson dari British dyestuffs sebagai zat warna Dispersol dan Ellls dari British Celanese menemukan zat warna S.R.A. (Sulpho ricinoleic Acid).
Zat warna ini mula-mula ditemukan untuk mencelup serat selulosa asetat. Serat selulosa asetat tidak dapat dicelup langsung dengan zat warna direk, atau asam karena seratnya hidrofob. Serat asetat baru dapat dicelup dengan zat warna direk setelah seratnya dihidrolisa kembali menjadi selulosa dengan soda kostik, tetapi hasilnya tidak memuaskan.
 Dari penyelidikan ternyata bahwa selulosa asetat mampu menyerap zat organik yang tidak larut dalam air, dengan membuatnya dalam bentuk suspensi. Maka Green dan Saunders (tahun 1922 ) memperkenalkan zat warna Ionamine KA, sebagai senyawa azo dari metil-w-sulfonat. Di dalam air senyawa ini terhidrolisa dan membebaskan senyawa azo (senyawa 47) yang terserap oleh serat asetat dan melepaskan bisulfitformaldehida. Kedudukan Ionamine segera tergeser oleh zat warna Dispersol dan S.R.A, karena zat warna dispersi ini lebih mudah mencelup serat dan warnanya lebih tahan luntur.
 Zat warna Dispersol yang pertama-tama adalah suatu senyawa antrakinon dan S.R.A. adalah pigmen yang didispersikan. Kedua zat warna tersebut mencelup serat dengan bantuan zat pendispersi. Zat warna S.R.A diberi nama dari zat pendispersi yang dipakai, yaitu asam sulforisinolat (sulforicinollcacid) yang kemudian diganti dengan zat warna pendispersi buatan yang lebih baik. Penemuan zat warna dispersi ini menjadi sangat penting dengan ditemukannya serat sintetik yang sifatnya lebih hidrofob dari pada serat selulosa asetat, seperti serat poliamida, poliester dan poliakrilat. Terutama untuk serat poliester, yang kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zat warna dispersi.
 Zat warna dispersi adalah zat warna non ion yang terdiri dari inti kromofor azo dan antrakinon, sedangkan untuk beberapa warna kuning yang penting mengandung gugus difenilamina. Meskipun azobenzena, antrakinon dan difenilamina dalam bentuk dispersi dapat mencelup ke dalam serat hidrofob, dalam perdagangan kebanyakan zat warna dispersi mengandung gugus aromatik dan alifatik yang mengikat gugusan fungsional (-OH, - NH2, NHR, dan sebagainya) dan bertindak sebagai gugus pemberi (donor) hidrogen.
 Gugusan fungsional tersebut merupakan pengikat dipole (dwi kutub) dan juga membentuk ikatan hidrogen dengan gugusan karbonil (>C=O) atau gugus asetil dari serat yang dicelup (senyawa 48 dan 49 ).
 Gugusan aromatik -OH dan alifatik -NH2 dan gugusan fungsional yang sejenis, menyebabkan zat warna dispersi sedikit larut di dalam air. Disamping itu zat warna dispersi sebaiknya molekulnya kecil supaya mudah terdispersi. Karena molekulnya cukup kecil, zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi. Maka untuk mencelup serat poliester harus dipilih zat warna dispersi yang tahan suhu tnggi (sampai 220 Derajat Celcius).

II.3 PROSES PENCELUPAN SERAT POLYESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI
Proses pencelupan poliester dengan zat warna dispersi dapat dilakukan dengan beberapa cara (methoda), yakni :
 1. Methoda zat pengemban (carrier)
2. Methoda suhu tinggi (HT/HP)
 3. Methoda thermo fiksasi (thermosol)

1.      Methoda Zat Pengemban (Carrier)
 Proses pencelupan dengan methoda zat pengemban adalah pencelupan yang menggunakan zat pengemban sebagai mediator yang akan membantu penyerapan zat warna kedalam serat. Poliester mempunyai gugusan yang memungkinkan terjadi pengikatan seperti gugusan ester, hidroksil dan karboksil, tetapi karena molekulnya sangat kompak mengakibatkan difusi zat warna kedalam serat menjadi lambat. Untuk mempercepat penyerapan perlu dilakukan hal-hal berikut:  Gunakan zat warna yang sangat kecil molekulnya.-
 Gunakan zat-zat pengemban untuk mempertinggi- permeabilitas serat.  Gunakan temperatur yang tinggi. Pada kesempatan ini methoda zat- pengemban yang dilakukan dengan menggunakan zat-zat yang akan membantu difusi zat warna kedalam serat lebih cepat. Zat pengemban atau Carrier adalah merupakan senyawa-senyawa fenol, amina, asam, hidrokarbon aromatik, ester dan eter
 Dalam perdagangan zat pengemban (carrier) sudah dicampur dengan zat pendispersi atau emulgator. Pada dasarnya fungsi carrier adalah :
 1. Mempertinggi kelarutan zat warna Zat warna dispersi didalam larutan akan terdispersi dan dijaga sejenuh mungkin, sehingga konsentrsi zat warna dalam larutan lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi didalam serat. Dengan demikian akan terjadi difusi zat warna kedalam serat, karena terjadinya difusi diakibatkan adanya perbedaan konsentrasi zat warna dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah didalam.
2. Memperbesar penggelembungan serat
 Zat pengemban bersifat hirdofyl dan mempunyai afinitas terhadap serat serta akan memperbesar penggelembungan serat. Zat pengemban akan berdifusi lebih cepat dibandingkan zat warna dan akan membentuk ikatan Van der Waals dengan serat sama sekali tidak mengadakan ikatan dengan zat warna, hanya membuka peluang untuk zat warna berdifusi kedalam serat.
3.Membuat serat jadi plastis
 Zat pengemban akan menempel pada permukaan serat sebagai pelumas dan akan berpenetrasi kedalam serat. Serat akan menjadi plastis dan dengan adanya penetrasi zat pengemban rantai molekul serat akan mengalami pemutusan, ikatan-ikatan molekul serat akan bergeser dan rusak. Dengan demikian adanya lubang-lubang yang terbuka pada serat akan memudahkan zat warna berdifusi.
Zat pengemban (Carrier) yang dapat digunakan pada proses pencelupan harus mempunyai syarat- syarat tertentu yakni :
 Murah, efisien, mudah dihilangkan kembali, tidak beracun, tidak mempengaruhi warna dan ketahanan zat warna dan mudah dilarutkan atau didispersikan dalam air.

Beberapa jenis zat pengemban (carrier) yang dapat digunakan pada proses pencelupan antara lain : Carrier jenis aromatic hydrocarbons Nama dagang jenis carrier ini antara lain : Delatin NAN liquid dan Delatin EN liquid produk SANDOZ Pemakaiannya 6-18 % Deltin NAN pada suhu 95 oC Mesin yang digunakan adalah winch machine, haspel, jet flow Carrier jenis Chlorobenzol Nama dagang jenis carrier ini antara lain : Delatin TCR liquid (SANDOZ) atau Levegal (BAYER) Pemakaiannya 2-10 % pada suhu 95 oC Mesin yang digunakan harus yang tertutup Carrier jenis Pheenylphenol Nama dagang jenis carrier ini antara lain : Tumescol OP (ICI), Levagal ON (BAYER) Carrier jenis Carboxylic acid ester Nama dagang jenis carrier ini antara lain : Levegal PT BAYER Carrier jenis aromatic eter Penggunaan carrier dalam pencelupan jumlahnya tergantung dari bahan yang diproses, karena penggunaan carrier diperhitungkan terhdap berat bahan, namun untuk celup warna muda jumlah carrier dapat dikurangi sampai 50 %.
 Resep yang digunakan
 X % Samaron Blue FBL-E
 2.0 – 10 %     Levegal DTE
 0.5 – 2.0 g/l   Avolan IS
 0.5 – 1.0 g/l   Levegal HTC
 0.5 – 1.0 cc/l  Acetic acid (pH 4-5)
0.5 – 1.0 g/   l Ladiquest (bila perlu)
 1.0 – 3.0 g/l  Imacol J (bila perlu)
Liquor ratio (vlot) 1:10
 Temperature 98oC
 Waktu fiksasi 60 menit

 Fungsi zat-zat yang digunakan Samaron Blue FBL-E = zat warna
 Levegal DTE   = zat pengemban (carrier)
 Avolan IS        = Dispersing agent
Levagal HTC    = Levelling agent
Acetic acid       = Asam
 Ladiquest        = Squestering agent
 Imacol J      = Anti kris Untuk menghasilkan tahan cuci (wet fastness) yang baik terutama untuk warna-warna tua dilakukan proses akhir (after treatment), yakni dengan proses reduction clearing.

R/
 1.0 – 2.0 g/l   Hydrosulphite
 2.0 – 5.0 ml/l Caustic soda 38oBe
 0.5 ml/l          Imerol XN liquid
 Kerjakan selama 20 menit pada suhu 70-80 oC kemudian bilas dengan air dingin dan netralisir Kerugian dari pencelupan methoda  Tendensi ketidak rataan cukup besar terutama-ini adalah :   Perbedaan bath to bath-dari segi bentuk noda-noda yang terjadi.   Zat pengemban- Waktu relatif lebih lama -sangat memungkinkan  (carrier) relatif sulit untuk dihilangkan dan menyebabkan penurunan pada  Kadang-kadang menyebabkan efek pegangan-tahan sinarnya  kurang baik

2.      Methoda Temperatur Tinggi (HT/HP) Poliester pada suhu tinggi akan menggelembung sehingga akan memudahkan zat warna berdifusi kedalamnya. Proses pencelupan methoda temperatur tinggi dilakukan pada suhu diatas 100 oC, suhu tersebut dapat dicapai apabila ada tekanan lebih dari 1 atmosfir, oleh karena itu proses dengan methoda ini dilakukan pada peralatan mesin yang tertutup. Pada prinsipnya antara temperatur dan tekanan berbanding lurus, artinya suhu naik maka tekananpun akan naik seiring dengan kenaikan temperatur. Temperatur pencelupan dilakukan pada 130 – 135 oC dengan tekanan antara 3 – 3,5  Zat warna akan-Bar (atm). Keuntungan dari proses methoda ini adalah :  mudah terdispersi pada suhu tinggi, sehingga konsentrasi zat warna dalam larutan celup akan lebih tinggi yang menyebabkan  Gerakan thermal-terjadinya migrasi dari larutan kedalam serat.  polimer poliester pada suhu tinggi lebih aktif sehingga pori-pori serat lebih banyak peluang untuk membuka yang akan  Dari kondisi ini pencelupan lebih-memudahkan zat warna berdifusi.   Semua type atau golongan zat warna dapat-cepat.   Warna yang dihasilkan bisa tua dibanding methoda-digunakan.   Wash fastness lebih baik. Kekurangan dari proses pencelupan-lain.  methoda ini  Hasil proses bath to bath cenderung- Ongkos produksi tinggi -adalah : 
 Waktu proses relatif lama Resep yang digunakan-beda
 X % Foron yellow 4GSL Y
 % Foron red GL Z
 % Foron blue GL
 0,5-2,0 g/l Avolan IS
 0,5-1,0 g/l Leophen RM- 70
 0 ,5-1,0 g/l Ladiquest
0,5-3,0 g/l Imacol J
 1,0 cc/l Acetic acid (PH 4-5)

 0,5-2,0 g/l Sodium asetat
 1:10 Liquor ratio (vlot)
 Dikerjakan pada temperature : 130 oC Waktu pengerjaan : 45-60 menit

 Fungsi obat-obatan
Foron = zat warna dispersi (Sandoz)
Avolan IS = Dispersing agent
Leophen RM-70 = Levelling agent
Acetic acid = Asam Sod.
Asetat = Buffer (penyangga)
 Ladiquest = Squestering agent
 Imacol J = Anti krismark
Untuk pencelupan warna tua dilakukan proses reduction clearing, proses, obat-obatan dan cara- caranya sama seperti pencelupan methoda zat pengemban. Dengan perkembangan teknologi para ahli mencari methoda dan pengembangan zat warna untuk menghasilkan yang lebih baik. Rapid dyeing adalah salah satunya hasil dari perkembangan tadi.

 Proses pencelupan sistem rapid lebih efektif dan produktivitas lebih tinggi. Zat warna yang digunakan adalah hasil modifikasi dari zat warna yang sifatnya konvensional. Zat warna yang satu ini mempunyai sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan dengan yang sifatnya konvensional. Contoh zat warna rapid dyeing antara lain Foron RD (Sandoz) dan resolin K (Bayer).

 Kelebihan zat warna rapid dyeing ini  Sifat- Penanganannya lebih sederhana dan lebih mudah -adalah :
-  Mempunyai afinitas yang
- Fastnessnya tinggi.
 -thermomigrasinya rendah 
 Pembentukan warnanya seragam dalam
- Terdispersi dengan stabil
-baik  semua  Reproducibility
- Waktu celupnya pendek
 - Kerataannya baik
-kombinas Dapat dikerjakan disemua methoda Disamping zat warna dispersi-baik  rapid dyeing,

 ada zat warna dispersi yang bersifat lebih khusus lagi terutama digunakan untuk warna-warna muda. Contoh nama dagang zat warna seperti ini antara lain : Foron ED product Sandoz (clariant) Dianix ACE product Dystar (Hoechst)


3.      Methoda Pad Thermofiksasi (Thermosol) Proses pencelupan sistem thermosol merupakan proses pencelupan kontinyu, yakni proses dimana fiksasi zat warna didalam serat dilakukan dengan menggunakan panas. Berhubung proses ini proses kontinyu, maka bahan tekstil yang mau diproses harus mempunyai jumlah yang besar untuk satu item warna, sehingga akan ekonomis dalam biaya prosesnya.

 Pada dasarnya proses pencelupan methoda thermosol ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu:
 1) Tahap padding larutan zat warna
 2) Tahap pengeringan
 3) Tahap fiksasi zat warna dalam sera
 4) Tahap proses pemanasan
5) Tahap proses pencucian

 1) Tahap Padding Tahap padding adalah tahapan dimana zat warna dan zat-zat pembantu dapat berpenetrasi kedalam bahan dengan bantuan rol padder. Bahan tekstil yang akan diproses bisa dalam kondisi kering maupun basah. Pada umumnya bahan tekstil yang mau diproses padding kondisinya kering. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada  Bahan tekstil harus-proses padding ini, yakni 1. Kondisi bahan  mengalami proses heat  Temperatur padding pada-setting dengan tingkat kelembaban yang sama   Usahakan kondisi bahan jangan sampai terjadi-suhu kamar   Kondisi bahan pada waktu padding-krismak atau terjadi lipatan  usahakan rileks -jangan terlalu banyak tention
2. Peralatan Padding dan lainnya  Didalam proses pencelupan sistem kontinyu untuk kain tenun pada prakteknya menggunakan sistem padding two-dip two-nip sebagai proses penetrasi zat warna pada bahan, selain itu dapat digunakan sistem padding one-dip two-dip. Bentuk rol mangle harus dibuat sedemikian rupa agar dapat memberi tekanan terhadap bahan disemua sisi sama besarnya. Besar tekanan ditengah rol dan disisi kanan kirinya harus sama  Rol karet yang dibuat harus mempunyai-besar.  kelenturan yang dapat menambah tekanan sesuai dengan pick up yang diinginkan dan harus seragam  Penentuan besarnya pick up-baik di kedua sisi maupun ditengahnya.  harus disesuaikan dengan besarnya diameter roll karet dan kekuatan hardnessnya dari karet tersebut, disamping itu ada ketergantungan dari jenis kain dan konstruksinya. Pada umumnya pick up yang disarankan adalah : Untuk poliester dan poliester/cotton  Pembuatan rol-adalah = 50 – 65 % Untuk poliester/rayon = 55 – 70 %  karet harus dirancang sedemikian rupa agar pada waktu terjadi pengepresan menghasilkan pressure yang sama dikedua sisi dan tengah. Untuk itu pembuatan rol karet itu biasanya berbentuk kendang yang diameter sisi dan tengah berbeda.
2) Pengeringan Pada tahap pengeringan sifatnya hanya mengeringkan bahan agar tidak terjadi migrasi, yang selanjutnya akan terjadi fiksasi ditahap berikutnya. Proses pengeringan ini temperatur yang digunakan hanya 110 – 130 oC agar zat warna yang nempel pada bahan sesuai dengan waktu padding. Pada proses pengeringan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni : Mesin pengering Hot-flue dryer atau kombinasi antara infrared pre dryer dan hot flue dryer adalah mesin pengering yang digunakan pada proses pencelupan kontinyu. Hot flue dryer pada umumnya menggunakan uap kering yang dihembuskan kedalamnya secara merata, sedangkan infrared pre dryer adalah api yang dihasilkan dari elpiji yang akan memanggang bahan hasil padding. Migrasi Kejadian migrasi zat warna dapat diklasifikasikan  Yang pertama terjadinya pergerakan partikel zat-sebagai berikut :  warna ke zat lain di dalam serat pada waktu  Yang kedua terjadinya pergerakan molekul zat-pengeringan  warna didalam serat pada waktu termosoling proses
3) Proses Fiksasi Proses fiksasi dalam pencelupan metoda kontinyu yaitu pada waktu proses thermosol. Proses thermosol dilakukan dengan temperatur tinggi pada mesin khusus yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pada proses itu akan terjadi fiksasi zat warna dengan serat, maka proses ini pada umumnya dinamakan proses thermo-fiksasi. Pada proses ini diharapkan dengan pemanasan zat warna dispersi akan tetap tinggal (fix) didalam serat poliester, dan proses ini umumnya dilakukan pada proses pencelupan metoda kontinyu.
 Mesin yang digunakan Mesin yang digunakan untuk proses ini ada dua tipe, yaitu : Tipe hot flue dan Tipe kontak langsung Persamaannya adalah pendistribusian temperatur, kecepatan udara dan volume udara, karena hal itu sangat penting, sebab proses thermosoling adalah sangat pendek waktunya dikedua mesin itu. Roller type heat setter Sifat-sifat dari mesin ini adalah : Proses dapat menggunakan kecepatan yang tinggi, karena kapasitas bahan bisa besar. Bisa untuk proses kain tebal, karena perpindahan panasnya bagus. Mesin ini dapat digunakan untuk bahan stret baik kearah lusi maupun kearah pakan, karena sistem pemanasannya dari arah pinggir ke pinggir. Cylinder type setter Sifat-sifat dari mesin ini adalah : Kecepatannya bisa lebih cepat, karena memungkinkan sebab pemindahan panasnya bagus Karena sistem panasnya kontak langsung, maka bahan yang dihasilkan akan lebih kilau, tetapi bahan akan relatif kaku Masalah yang paling mendasar adalah dilebar. Pin tenter type thermosol dyeing machine (hot- flue system) Sifat-sifat dari mesin ini adalah : Tingkat kerataannya cukup baik dan pendistribusian tempertur lebih seragam kesemua tempat, karena udara panas yang dihembuskannya kearah vertikal dan merata kedalam bahan. Tidak ada mengkeret kearah lusi maupun pakan dan tidak mengkilap, karena tidak terjadi kontak langsung dengan rol pemanas seperti cylinder dryer waktu pemanasan. Kapasitas mesin relatif kecil dengan lebar yang terbatas, karena pinggir kain tergantung pada pins (klip/jarum) 4) Proses pemanasan Setelah mengalami padding dan drying bahan dilanjutkan dengan proses pemanasan (thermosoling) pada suhu antara 200-220 oC guna mengembangkan zat warna dispersi didalam serat poliester. Masalah yang paling dominan pada proses pemanasan sistem ini adalah pengembangan zat warna dispersi didalam serat poliester tidak teratur diakibatkan karena pendistribusian temperatur yang bervariasi, kecepatan udara dan kurangnya efek reproducibilitas penambahan warna zat warna dispersi oleh oksidasi udara. Masalah ini berakibat terjadinya efek fastness yang kurang baik, bahkan apabila proses bahan campuran akan terjadi staining pada poliester itu oleh zat warna dari serat campurannya.
5) Proses pencucian Proses pencucian adalah proses akhir dari pencelupan methoda kontinyu. Tujuan proses akhir ini adalah untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dan zat-zat lain yang tidak diperlukan. Pada proses pencucian ini digunakan air dingin dan panas dan zat-zat pencuci reduksi pada bak-bak yang terpisah. Air yang digunakan pakai over flow, sehingga pada proses ini memerlukan air yang lebih banyak.


BAB. III PENUTUP A. KESIMPULAN

Proses pencelupan sistem thermosol merupakan proses pencelupan kontinyu, yakni proses dimana fiksasi zat warna didalam serat dilakukan dengan menggunakan panas. Berhubung proses ini proses kontinyu, maka bahan tekstil yang mau diproses harus mempunyai jumlah yang besar untuk satu item warna, sehingga akan ekonomis dalam biaya prosesnya. Pada dasarnya proses pencelupan methoda thermosol ini terdiri dari 5 tahapan, yaitu :
 1. Tahap padding larutan zat warna
 2. Tahap pengeringan
3. Tahap fiksasi zat warna dalam serat
4. Tahap proses pemanasan
5. Tahap proses pencucian


B. SARAN Dalam memakai suatu pencelupan untuk penelitian, sebaiknya diketahui terlebih dahulu sifat yang dimiliki oleh teknik pencelupan, zat warna yang dipakai dan serat yang sesuai dengan teknik pencelupan tersebut. Untuk melakukan Pencelupan Serat Polyester dengan Teknik Kontinyu dengan Zat Warna Dispersi, ikutilah prosedur yang ada dengan tujuan untuk mengantisipasi adanya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan praktikum. Tapi jangan pernah berputus asa jika menghadapi kegagalan, karna kegagalan akan memberikan kita pengalaman, dan pengalaman adalah guru yang sangat langka. Jangan pernah takut untuk melakukan eksperimen – eksperiman dalam dunia pertekstilan.

Kamis, 15 September 2011

PENCELUPAN REAKTIF Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tersebut sering disebut DIFUSI zat warna dalam larutan.zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut ADSORPSI. Sifat – sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatu kurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasi yang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses pencelupan. Sebelum dilakukan pencelupan maka bahan tekstil harus dilakukan pretreatment terlebih dahulu supaya hasil celup sempurna. Diantara proses tersebut adalah : -Enzime : Menghilangkan bulu – bulu yang timbul pada benang atau kain akibat gesekan – gesekan yang terjadi pada proses pertenunan, proses ini dimaksudkan supaya permukaan kain akan menjadi rata, sehingga pada proses pencelupan akan didapatkan warna yang rata dan cemerlang.. Scouring : Menghilangkan pectin, lilin, lemak dan kotoran atau debu – debu yang ada pada serat kapas. Zat – zat ini akan menolak pembasah air sehingga kapas yang belum dimasak susah dibasahi yang menyebabkan proses penyerapan larutan obat – obat kimia dalam proses – proses berikutnya tidak terjadi dengan sempurna. Bleaching : Menghilangkan zat – zat pigmen warna dalam serat yang tidak bisa hilang pada saat proses scouring, sehingga warna bahan menjadi lebih putih bersih dan tidak mempengaruhi hasil warna pada saat proses pencelupan dan pemutihan optical. Mercerizing : Memberikan penampang serat yang lebih bulat dengan melepaskan putaran serat atau reorientasi dari rantai – rantai molekul selulosa menyebabkan deretan kristalin yang lebih sejajar dan teratur. Proses ini akan menambah kilap, daya serap terhadap zat warna bertambah, memperbaiki kestabilan dimensi, kekuatan tarik bertambah, memperbaiki dan menghilangkan efek negative kapas yang belum matang/kapas mati. Beberapa pretreatment kadang tidak harus semua dilakukan, hal ini tergantung pada kebutuhan. Setelah selesai pengerjaan tersebut pencelupan dapat dilakukan misalnya pencelupan dengan sistem exhoution/ perendaman dan sistem kontinyu. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada proses pencelupan. Untuk memperoleh kerataan pencelupan ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu dengan pengendalian adsorpsi dan peningkatan migrasi terutama dengan adisi Leveling Agent. Kurva pencelupan diproyeksikan untuk mengendalikan proses pencelupan. Beberapa kurva yang sering dipakai adalah : • Exhoustion curve (kurva isotermis) Yaitu kurva yang menunjukkan jumlah zat warna yang teradsorpsi sebagai persentasi dari jumlah zat warna yang digunakan mula – mula pada berbagai unit waktu dan temperatur yang konstan. • Temperature curve Kurva ini menggambarkan persentasi penyerapan zat warna pada berbagai temperatur pencelupan pada suatu konsentrasi tertentu. • Time, Temperature curve Kurva ini dibuat terlebih dahulu menentukan waktu dan temperatur yang dicapai sehubungan dengan waktu tersebut. Zat warna yang terserap pada setiap waktu/ temperatur dinyatakan sebagai persentasi dari konsentrasi yang digunakan, pada temperatur maksimum penerapan zat warna dinyatakan sebagai fungsi dari waktu. • Daerah Pencelupan Kritis pembagian zat warna yang menentukan kerataan terserap, maka sudah selayaknya pada daerah ini kecepatan pemanasan dilakukan lebih perlahan. • Diagram Proses Pencelupan Proses pencelupan yang optimal ialah proses yang mengatur parameter – parameter pencelupan sedemikian rupa hasil pewarnaan yang baik diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin tanpa mengurangi daya kerataan dan reproduksi yang baik. Parameter proses pencelupan yang paling utama adalah waktu dan temperatur. Diagram proses pencelupan adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara temperatur dan waktu pencelupan atau dengan kata lain diagram yang menunjukkan kecepatan penaikan/ penurunan temperatur dan lamanya waktu pada suatu temperatur tertentu. Makin lambat penaikan temperatur makin kecil resiko ketidakrataan tapi dilain pihak makin rendah produktivitas. Diagram proses pencelupan yang rasional adalah diagram yang mengatur kecepatan penaikan temperatur sehingga hasil yang baik dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memperlambat penaikan temperatur pada daerah pencelupan kritis dan mempercepat penaikan temperatur diluar daerah kritis tersebut. Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Dalam pencelupan mempunyai tujuan – tujuan dan sasaran yang hendak dicapai antara lain : • Kerataan hasil pencelupan 1. Keadaan bahan sebelum celup - Bebas dari minyak - Scouring/ Bleaching yang merata -Hasil merserisasi yang merata -Bahan tidak kusut -Tidak terjadi kostiksasi setempat -Penempatan bahan dalam mesin yang rapi 2..Karakteristik zat warna -Kurva penyerapan zat warna -Kurva fiksasi zat warna -Sifat migrasi zat warna 3.Proses pencelupan -Ikuti program yang telah ditentukan -Perhatikan urutan proses pemasukan zat warna dan obat bantu -Pemasukan zat warna garam alkali sesuai dengan waktu yang ditentukan. 4.Pengaruh mekanisme bahan, mesin dan larutan. -Penempatan bahan dimesin -Kecepatan bahan dalam mesin – mesin menit per cycle -Bahan terlalu cepat terjadi kemacetan, friksi dan berbulu. -Bahan terlalu lambat mengakibatkan belang -Reproduksi yang baik 5.Pengaruh liquor ratio -Jumlah garam dan alkali yang sama zat warna, dengan LR yang tinggi warna akan menjadi muda -Konsentrasi garam dan alkali berubah 6.Stabilitas kualitas bahan -Gunakan asal material yang sama -Proses merserisasi yang sama(bila ada prosesnya) -Proses dan kondisi S/B yang konsisten -Hilangkan sisa – sisa hidrogen peroksida dari S/B 7.Pengaruh temperatur -Reaksi antara zat warna dengan bahan ditentukan oleh jenis dan jumlah alkali dan temperatur. -Effisiensi yang tinggi Menyangkut beberapa hal : 1. Faktor waktu, berhubungan ke produktifitas dan biaya. 2. Penggunaan air, berhubungan dengan bagian konservasi air. 3. Penyabunan, hubungannya dengan daya tahan luntur. 4. Fiksasi yang tinggi, hubungannya dengan penyabunan dan air limbah. Proses persiapan pencelupan meliputi pelarutan zat warna, penggunaan air dan zat pelunak air yang dipakai, persiapan bahan, pemasakan, pengelantangan. Metode pencelupan bermacam – macam tergantung efektifitas dan efisiensi yang akan diharapkan. Metode pencelupan reaktif diantaranya adalah : . 1. Metode standard proses, ( dapat digunakan semua warna ) 2. Metode isotermal proses.( digunakan pada zatwarna yng memiliki 2 komponen) 3. Metode portion wise proses (untuk warna yang sering belang) 4. Metode migrasi proses.(proses untuk bahan yang kerataan bahanya tidak stabil juga liquor ratio yang rendah) 1.Standard proses Na2co3 na2so4 aux zw 80°Cx20 60’ 10’ 10’ 50°c 20’ Penyerapan migrasi fixasi 2. Isotermal proses zw Na2co3 80° 20’ x 60’ Anticrease aux Na2so4 10’ 10’ 50°c 3.portion wise salt NA2CO3 NA2SO4 80°c X 20’ AUX DYES 10% 30% 60% 10’ 20’ 4. MIGRASI PROSES 90-98° x 15-20 Na2co3 3°c/m 80° x 10’ 60’ Na2so4 aux zw 2°c/m 10’ 10’ 20’ Hal – hal yang mempengaruhi proses pencelupan. • Pengaruh elektrolit Pada intinya penambahan elektrolit kedalam larutan celup adalah memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda. • Pengaruh Suhu Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi • Pengaruh perbandingan larutan Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan. Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan. Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula. • Pengaruh pH Penambahan alkali mempunyai pengaruh menambah penyerapan. Meskipun demikian kerap kali dipergunakan soda abu untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai atau untuk memperbaiki ke larutan zat warna.


PENCELUPAN REAKTIF

Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tersebut sering disebut DIFUSI zat warna dalam larutan.zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut ADSORPSI.
Sifat – sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatu kurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasi yang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses pencelupan.

Sebelum dilakukan pencelupan maka bahan tekstil harus dilakukan pretreatment terlebih dahulu supaya hasil celup sempurna. Diantara proses tersebut adalah :
-Enzime : Menghilangkan bulu – bulu yang timbul pada benang atau kain akibat gesekan – gesekan yang terjadi pada proses pertenunan, proses ini dimaksudkan supaya permukaan kain akan menjadi rata, sehingga pada proses pencelupan akan didapatkan warna yang rata dan cemerlang..
Scouring : Menghilangkan pectin, lilin, lemak dan kotoran atau debu – debu yang ada pada serat kapas. Zat – zat ini akan menolak pembasah air sehingga kapas yang belum dimasak susah dibasahi yang menyebabkan proses penyerapan larutan obat – obat kimia dalam proses – proses berikutnya tidak terjadi dengan sempurna.
Bleaching : Menghilangkan zat – zat pigmen warna dalam serat yang tidak bisa hilang pada saat proses scouring, sehingga warna bahan menjadi lebih putih bersih dan tidak mempengaruhi hasil warna pada saat proses pencelupan dan pemutihan optical.
Mercerizing : Memberikan penampang serat yang lebih bulat dengan melepaskan putaran serat atau reorientasi dari rantai – rantai molekul selulosa menyebabkan deretan kristalin yang lebih sejajar dan teratur. Proses ini akan menambah kilap, daya serap terhadap zat warna bertambah, memperbaiki kestabilan dimensi, kekuatan tarik bertambah, memperbaiki dan menghilangkan efek negative kapas yang belum matang/kapas mati.
Beberapa pretreatment kadang tidak harus semua dilakukan, hal ini tergantung pada kebutuhan. Setelah selesai pengerjaan tersebut pencelupan dapat dilakukan misalnya pencelupan dengan sistem exhoution/ perendaman dan sistem kontinyu.







Hal – hal yang perlu diperhatikan pada proses pencelupan.

Untuk memperoleh kerataan pencelupan ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu dengan pengendalian adsorpsi dan peningkatan migrasi terutama dengan adisi Leveling Agent. Kurva pencelupan diproyeksikan untuk mengendalikan proses pencelupan. Beberapa kurva yang sering dipakai adalah :
·         Exhoustion curve (kurva isotermis)
Yaitu kurva yang menunjukkan jumlah zat warna yang teradsorpsi sebagai persentasi dari jumlah zat warna yang digunakan mula – mula pada berbagai unit waktu dan temperatur yang konstan.
·         Temperature curve
Kurva ini menggambarkan persentasi penyerapan zat warna pada berbagai temperatur pencelupan pada suatu konsentrasi tertentu.
·         Time, Temperature curve
Kurva ini dibuat terlebih dahulu menentukan waktu dan temperatur yang dicapai sehubungan dengan waktu tersebut. Zat warna yang terserap pada setiap waktu/ temperatur dinyatakan sebagai persentasi dari konsentrasi yang digunakan, pada temperatur maksimum penerapan zat warna dinyatakan sebagai fungsi dari waktu.
·         Daerah Pencelupan Kritis
pembagian zat warna yang menentukan kerataan terserap, maka sudah selayaknya pada daerah ini kecepatan pemanasan dilakukan lebih perlahan.
·         Diagram Proses Pencelupan
Proses pencelupan yang optimal ialah proses yang mengatur parameter – parameter pencelupan sedemikian rupa hasil pewarnaan yang baik diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin tanpa mengurangi daya kerataan dan reproduksi yang baik. Parameter proses pencelupan yang paling utama adalah waktu dan temperatur.
Diagram proses pencelupan adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara temperatur dan waktu pencelupan atau dengan kata lain diagram yang menunjukkan kecepatan penaikan/ penurunan temperatur dan lamanya waktu pada suatu temperatur tertentu. Makin lambat penaikan temperatur makin kecil resiko ketidakrataan tapi dilain pihak makin rendah produktivitas.
Diagram proses pencelupan yang rasional adalah diagram yang mengatur kecepatan penaikan temperatur sehingga hasil yang baik dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memperlambat penaikan temperatur pada daerah pencelupan kritis dan mempercepat penaikan temperatur diluar daerah kritis tersebut.


Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Dalam pencelupan mempunyai tujuan – tujuan dan sasaran yang hendak dicapai antara lain :

·         Kerataan hasil pencelupan

1. Keadaan bahan sebelum celup
- Bebas dari minyak
- Scouring/ Bleaching yang merata  
-Hasil merserisasi yang merata
-Bahan tidak kusut
-Tidak terjadi kostiksasi setempat
-Penempatan bahan dalam mesin yang rapi

2..Karakteristik zat warna
-Kurva penyerapan zat warna
-Kurva fiksasi zat warna
-Sifat migrasi zat warna

3.Proses pencelupan
-Ikuti program yang telah ditentukan
-Perhatikan urutan proses pemasukan zat warna dan obat bantu
-Pemasukan zat warna garam alkali sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4.Pengaruh mekanisme bahan, mesin dan larutan.
-Penempatan bahan dimesin
-Kecepatan bahan dalam mesin – mesin menit per cycle
-Bahan terlalu cepat terjadi kemacetan, friksi dan berbulu.
-Bahan terlalu lambat mengakibatkan belang
-Reproduksi yang baik

5.Pengaruh liquor ratio
-Jumlah garam dan alkali yang sama zat warna, dengan LR yang tinggi warna akan menjadi muda
-Konsentrasi garam dan alkali berubah

6.Stabilitas kualitas bahan
-Gunakan asal material yang sama
-Proses merserisasi yang sama(bila ada prosesnya)
    -Proses dan kondisi S/B yang konsisten
-Hilangkan sisa – sisa hidrogen peroksida dari S/B

7.Pengaruh temperatur
-Reaksi antara zat warna dengan bahan ditentukan oleh jenis dan jumlah alkali dan temperatur.
-Effisiensi yang tinggi
Menyangkut beberapa hal :
1.        Faktor waktu, berhubungan ke produktifitas dan biaya.
2.        Penggunaan air, berhubungan dengan bagian konservasi air.
3.        Penyabunan, hubungannya dengan daya tahan luntur.
4.        Fiksasi yang tinggi, hubungannya dengan penyabunan dan air limbah.
Proses persiapan pencelupan meliputi pelarutan zat warna, penggunaan air dan zat pelunak air yang dipakai, persiapan bahan, pemasakan, pengelantangan. Metode pencelupan bermacam – macam tergantung efektifitas dan efisiensi yang akan diharapkan.

Metode pencelupan reaktif  diantaranya adalah :
.
1.        Metode standard  proses, ( dapat digunakan semua warna )
2.        Metode isotermal proses.( digunakan pada zatwarna yng memiliki 2 komponen)
3.        Metode portion wise proses (untuk warna yang sering belang)
4.        Metode migrasi proses.(proses untuk bahan yang kerataan bahanya tidak stabil juga liquor ratio yang rendah)


1.Standard proses
                                                                 Na2co3   
na2so4  aux        zw                                                 
                                            80°Cx20                                                            60’               
         10’            10’

50°c                                20’
                    





Penyerapan                                                   migrasi                                                fixasi


2. Isotermal proses

                                                zw


                                                                                                  Na2co3
                                                       80°              20’                                     x  60’
Anticrease   aux   Na2so4
                                                                             


   10’        10’
50°c





3.portion wise salt




                                                                                                                   NA2CO3
                                               NA2SO4                   80°c X 20’                              
AUX     DYES               10%    30%     60%
                           



           10’          20’







4. MIGRASI PROSES


                                                                 90-98° x 15-20                                       Na2co3                                                     


                                                                                                 3°c/m      80°  x 10’                                          60’


 

Na2so4    aux     zw                         2°c/m

                                                                                                                                                                                  
            10’        10’   20’






Hal – hal yang mempengaruhi proses pencelupan.

·         Pengaruh elektrolit 
Pada intinya penambahan elektrolit kedalam larutan celup adalah memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda.


·         Pengaruh Suhu
Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi
·         Pengaruh perbandingan larutan
Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan.
Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan. Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula.
·         Pengaruh pH
Penambahan alkali mempunyai pengaruh menambah penyerapan. Meskipun demikian kerap kali dipergunakan soda abu untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai atau untuk memperbaiki ke larutan zat warna.